Jumat, 01 Februari 2013

ARGO

Dalam membuat film yang di angkat dari sebuah kisah nyata, banyak yang harus dilakukan untuk merealisasikannya. Terutama untuk keontentikan kisahnya sendiri. Harus banyak survey dan mencari info soal kejadian tersebut, walaupun biasanya dalam film tersebut tidak akan sama persis dengan kejadian nyatanya karena dalam film harus ada dramatisirnya sedikit untuk membuat film itu menarik.

Salah satu film nominasi Oscar yang di angkat dari kisah nyata itu adalah ARGO. Film besutan Ben Affleck ini sudah memenangkan Film Terbaik di Golden Globe 2013 dan Aktor Terbaik untuk Ben nya sendiri lewat film ini. Sebuah permulaan yang bagus sebelum Oscar. Tapi saingan Argo dalam memperebutkan tahta film terbaik akan banyak saingan dan rata-rata dari kisah nyata juga. Seperti Lincoln nya Spielberg dan Zero Dark Thirty nya Bigelow.

Kembali ke Argo. Film ini punya premis cerita yang menarik, walau temanya tentang penyanderaan tapi cara membebaskannya itu yang bikin film ini menarik. Bukan lewat serbuan tentara Amerika dengan bom dan tembakan tapi lewat sebuah film, film palsu tentunya.

Dubes Amerika di serang para demonstran di Iran yang menuntut Amerika untuk mengembalikan salah satu pemimpinnya yang lalim Shah. Shah meminta perlindungan suaka ke Amerika dan di kabulkan. Dan hal itu membuat warga Iran marah. Banyak staf  Dubes yang menjadi korban dalam peristiwa penyerbuan itu karena di anggap mata-mata oleh tentara Iran. Tapi ada enam staf dubes yang berhasil kabur dan mendapatkan perlindungan di dubes Kanada. Sebelum para pemberontak menyadari ada enam staf dubes yang hilang maka pihak Amerika harus segera mengeluarkan para staf  itu sebelum di tangkap. Dan di buatlah sebuah skenario pembebasan dengan membuat film palsu dengan lokasi Iran untuk mengelabui para tentara Iran.

Itulah cerita singkat film Argo yang tidak tahu mengapa ternyata film ini tidak tayang di Indonesia. Argo adalah judul film fiksi ilmiah yang belum di bikin filmnya oleh Hollywood. Skenario yang gak kepakai ini lah yang akan jadi dasar pihak Amerika untuk membebaskan para staf itu dengan menyamarkan mereka berenam sebagai kru dari film ini yang mau ngambil gambar di Iran dan mereka harus pura-pura sebagai orang Kanada kalau mau selamat karena tentara Iran sudah menyatakan perang dengan semua yang berhubungan dengan Amerika.

Film ini punya tensi yan naik turun juga joke-jokenya segaar tanpa harus maksa dan merusak filmnya sendiri. Beberapa dialognya bikin senyum sendiri. Tapi menjelang di ending, tensi makin naik, penonton di bimbing untuk terus terpaku di depan layar karena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar